Subscribe to Wordpress Themes Demo
Fisika Untuk Olimpiade International

Prof. Yohanes Surya Ph. D. - Komitmen Untuk Membangun Bangsa

posted Dec 4, 12:16 PM in bahasa tanya jawab

Prof. Yohanes Surya Ph. D. di ruang kerjannya

Fisikawan yang kini berusia 44 tahun ini dikenal sebagai orang yang telah membawa tim Indonesia menjadi pemenang Olimpiade Fisika Internasional ke 36, mengalahkan 84 negara lainnya. Tetapi ambisinya lebih dari itu; Ia mempunyai visi yang sangat mulia bagi Indonesia - memajukan Indonesia melalui sains dan teknologi. Caranya? Melatih guru-guru dan para pelajar di indonesia dengan metoda pengajaran Fisika asyik, mudah dan menyenangkan.

Berikut kutipan jawaban dari 9 pertanyaan, ketika Lensa ETF berkunjung ke kantornya yang sederhana di Ruko Cyber Park, Lippo Karawaci.

T: Anda mengklaim bahwa metoda pengajaran Fisika asyik adalah yang pertama di dunia. Apakah itu benar? Mengapa?

Setahu saya tidak ada buku yang beredar pernah menulis mengajar fisika tanpa rumus (atau dengan rumus sesedikit mungkin) seperti yang dikembangkan di Fisika Asyik. Metoda ini unik dan mudah dimengerti.

Mungkin ada profesor-profesor fisika dari berbagai tempat berusaha menyederhanakan pengajaran fisika, membuat fisika tanpa rumus (atau dengan rumus sesederhana mungkin), tapi sayang mereka tidak membukukannya.

T: Fenomena atau kejadian apa yang anda alami sehingga terdorong untuk mendalami fisika dan menciptakan metoda Fisika asyik?

Pada waktu melatih di olimpiade fisika saya melihat betapa sulitnya siswa belajar fisika. Sudah terpatri dalam otak mereka bahwa fisika identik dengan rumus. Saya bayangkan, mereka yang pintar fisika saja seperti ini apalagi mereka yang tidak suka fisika. Dari situ saya berfikir untuk mengembangkan fisika yang asyik dan mudah. Saya ingin membuat fisika itu semudah mungkin.

T: Apa strategi anda untuk mensosialisasikan metoda ini?

Kuncinya ada di guru. Melalui Surya Institute (SI), yayasan yang yang kami dirikan pada tahun 2006 ini telah melatih guru-guru di berbagai kabupaten di Indonesia. Guru-guru yang mengikuti pelatihan adalah guru terbaik di daerah tersebut yang dapat melatih rekan guru lain di daerahnya. Sudah dua tahun ini, kami bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Nasional untuk mengadakan pelatihan di 100 kabupaten di Indonesia. Melalui pelatihan kami yang asyik dan mudah, para guru mengalami sendiri bahwa pembelajaran bisa menjadi lebih efektif dengan metoda fisika asyik ini.

Setelah pelatihan, guru-guru tersebut mengajarkan kembali metoda yang telah mereka pelajari tersebut ke guru lainnya; baik melalui pelatihan selanjutnya maupun melalui wadah pertemuan guru rutin, atau MGMP.

Diharapkan dalam kurun waktu 5 tahun, sudah terdapat 200,000 guru yang sanggup mengajar fisika dengan metoda asyik, mudah dan menyenangkan.

Selain itu, kami juga mengembangkan kerjasama dengan kalangan bisnis dan mendorong mereka untuk turut serta dalam program kami, melalui berbagai pelatihan guru di daerah, yang disponsori oleh bisnis setempat. Misalnya, pelatihan guru di Riau yang disponsori salah satu perusahaan migas, atau kerjasama dengan Kedutaan Australia melalui pelatihan guru atau lomba IPA/Fisika tahunan.

Khusus bersama ETF, Surya Institute sedang melaksanakan program kerjasama membina beberapa SMP negeri dan swasta di daerah Bumi Serpong Damai dan sekitarnya, melatih, memonitor implementasi keberhasilan guru-guru mengajar Fisika tanpa rumus, yang mana pelatihan akan dilanjutkan Januari mendatang.

Surya Institute juga aktif mengadakan lomba-lomba Fisika Asyik dengan bekerja sama dengan berbagai institusi. Melalui lomba ini, kami langsung mengkampanyekan ke siswa bahwa Fisika itu bukan sekedar hafalan yang susah dan misterius, tapi bisa asyik dan sangat berguna, bahkan menentukan kemajuan bangsa.

Prof. Yohanes Surya Ph. D. menjelaskan teori rotasi bumi di tata surya dengan menggunakan mainan magnet sederhana.

T: Apakah ada program jangka panjang lainnya?

SI memiliki beberapa program jangka panjang yang fokus pada daerah-daerah tertentu. Tim kami bekerja sama dengan pemerintah daerah kota Pekalongan dan Papua untuk mengembangkan pendidikan Sains di daerah tersebut.

Selain itu, kami juga merencanakan pembangunan TOFI Center sebagai fasilitas yang bisa menampung beragam aktifitas kami.

TOFI Center diharapkan menjadi jembatan penghubung antara komunitas dan sains sekaligus memasyarakatkan aktifitas sains, mengembangkan pendidikan maupun pembelajaran fisika, serta mengembangkan teknologi fisika yang “applicable”.

Kompleks ini mencakup 14 laboratorium, 6 lab demo berbentuk teater, kira-kira 20 ruang kelas berbagai ukuran, auditorium untuk 200 orang, perpustakaan untuk 3,000 judul buku dan jurnal, asrama, serta ruang kerja untuk para pengajar dan pembina, peneliti maupun para administrator.

T: Sebenarnya, apa hasil yang anda harapkan melalui program-program tersebut?

Saya percaya bahwa banyak sekali orang pintar di Indonesia. Melalui metode yang saya kembangkan potensi siswa-siswi kita akan lebih tergali. Kita sedang berusaha membangun bangsa yang “melek” sains dan teknologi, serta lahirnya penemu dan ilmuwan baru. Karena inilah kunci kemajuan bangsa kita.

T: Menurut pengalaman anda sampai saat ini, apakah orang cerdas di Indonesia lebih sedikit dibandingkan negara tetangga kita seperti Malaysia, Singapura, Filipina atau Thailand?

Jika kita melihat statistik, 1 diantara 1.000 orang adalah orang jenius. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 230 juta, mempunyai potensi jumlah orang jenius sebesar 230 ribu orang. Sayang sekali jika potensi ini belum dioptimalkan.

T: Menurut anda, apa peran fisika di kehidupan zaman sekarang?

Banyak sekali, segala macam teknologi dari mulai telepon, pesawat terbang, listrik, komputer, internet dan nanoteknologi tidak lepas dari fisika. Fisika itu menyatu dengan kehidupan sehari-hari kita.

T: Anda pernah mengatakan bahwa sebelum tahun 2020 akan ada peraih Nobel prize dari Indonesia? Apa strategi yang harus dijalankan untuk mencapai target itu?

Pertama adalah melalui pelatihan anak-anak cerdas kita di bidang fisika/matematika tingkat tinggi seperti yang dilakukan di Tim Olimpiade Fisika. Selain itu, bekerja sama dengan pihak pemerintah maupun swasta untuk membuka kelas khusus bagi anak berbakat. Saat ini, sudah ada 2 kelas di Jakarta, yaitu Kelas Super di SMAN 3 dan Brilliant Class di Penabur Gading Serpong. Saya ingin bekerjasama lagi dengan berbagai pihak untuk bisa membuka 8 kelas khusus lagi, diharapkan dengan 7 SMA Negeri dan 1 SMA swasta.

Langkah berikutnya adalah mengirim anak-anak yang cerdas ini ke universitas terbaik di dunia dan mengusahakan agar mereka bisa menjadi murid peraih Nobel. Sejak tahun 1961 peraih Nobel adalah murid peraih Nobel. Jadi kalau siswa-siswa kita menjadi murid peraih Nobel, maka peluang untuk menjadi peraih Nobel akan lebih besar.

Selanjutnya kita memantau perkembangan mereka dan memotivasi mereka agar bisa mengadakan riset-riset yang luar biasa.

Di luar itu, Surya Institute juga akan menjadi tuan rumah Asian Science Camp di tahun 2008, dimana 12 peraih Nobel dan ilmuwan kelas dunia di bidang Sains akan menjadi pembicara untuk pelajar berusia 17-20 tahun. Acara ini sangat bergengsi dan bermanfaat bagi para pelajar karena memberikan inspirasi yang luar biasa. Tahun ini, 9 pelajar Indonesia ikut serta dalam ASC 2007 di Taiwan dan setelah pulang, mereka semakin bersemangat untuk terjun di bidang Sains.

T: Pesan-pesan bapak kepada para fisikawan muda dan guru-guru fisika di Indonesia?

Terus berjuang, jadikan fisika itu asyik mudah dan menyenangkan. Ajak lebih banyak anak muda untuk menggeluti fisika, majukan bangsa melalui sains dan teknologi.

Profil Prof. Yohanes Surya, Ph. D.

Dilahirkan di Jakarta 6 November 1963. Gelar sarjana diraih dari fakultas Fisika Universitas Indonesia. Pada tahun 1988 mendapatkan beasiswa ke Amerika Serikat dan memperoleh gelar Ph. D., sementara gelar Professornya diperoleh pada tahun 2002.

Tahun 1994 kembali ke Indonesia dan mempersiapkan Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) untuk mengikuti olimpiade Fisika tingkat internasional. Tahun 1999 TOFI berhasil menembus masuk jajaran peraih medali emas dan membawa emas pertama untuk Indonesia. Sejak 2002 TOFI secara konsisten membawa pulang medali emas ke tanah air setiap mengikuti Asian maupun International Physics Olympiad.

Disamping aktif sebagai rektor di Universitas Multimedia Nusantara (UMN), juga menjabat guru besar Fisika di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Vice President of The First Step To Nobel Prize, President of Asian Physics Olympiad, Chairman of The First Asian Physics Olympiad, Executive Member of The World Physics Federation Competition, Director of SUKEN (Mathematics Certificate) Indonesia, Chairman of The International Econophysics Conference 2002, Chairman of the World Congress Physics Federation 2002, Representative to Indonesia for the International Conference for Young Scientists.Prof. Yohanes Surya, Ph.D. juga duduk sebagai Penasehat Eka Tjipta Foundation.

Buku karangannya antara lain: IPA dan Matematika untuk tingkat SD, buku Fisika untuk tingkat SMP dan SMA, komik Fisika Archie dan Meidy, buku eksperimen sederhana Fisika itu Asyik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar