Subscribe to Wordpress Themes Demo
Sistem Eksresi pada Hewan

SISTEM EKSKRESI PADA HEWAN
Ekskresi berarti pengeluaran zat buangan atau zat sisa hasil metabolisme yang berlangsung dalam tubuh organisme. Zat sisa metabolisme dikeluarkan dari tubuh oleh alat ekskresi. Alat ekskresi pada manusia dan vertebrata lainnya berupa ginjal, paru-paru, kulit, dan hati, sedangkan alat pengeluaran pada hewan invertebrata berupa nefridium, sel api, atau buluh Malphigi.
Invertebrata atau Avertebrata adalah sebuah istilah yang diungkapkan oleh Chevalier de Lamarck untuk menunjuk hewan yang tidak memiliki tulang belakang. Invertebrata mencakup semua hewan kecuali hewan vertebrata (pisces, reptil, amfibia, burung, dan mammalia. Contoh invertebrata adalah serangga, ubur-ubur, hydra, cumi-cumi, dan cacing. Invertebrata mencakup sekitar 97 persen dari seluruh anggota kingdom Animalia.
Lamarck membagi invertebrata ke dalam dua kelompok yaitu Insecta (serangga) dan Vermes (cacing). Tapi sekarang, invertebrata diklasifikasikan ke dalam lebih dari 30 sub-fila mulai dari organisme yang simpel seperti porifera dan cacing pipih hingga organisme yang lebih kompleks seperti mollusca, echinodermata, dan arthropoda.
Alat ekskresi yang utama pada Vertebrata adalah ginjal. Struktur ginjal yang paling primitive disebut akrinefros atau holonefros. Terdapat tiga tipe ginjal pada vertebrata, yaitu pronefros, mesonefros, dan metanefros. Pronefros adalah ginjal yang berkembang pada fase embrio vertebrata selain mamalia, embrio berudu dan larva Amphibia yang lain. Mesonefros merupakan ginjal pada embrio sebagian vertebrata, ikan dewasa, dan Amphibia dewasa. Pada reptilian, burung, dan mamalia dewasa, mesonefros akan berubah menjadi metanefros selama masa perkembangan embrio.



1. Sistem Eksresi Pada Invertebrata
A. Sistem Ekskresi Protozoa
Pengeluaran sisa-sisa metabolisme Protozoa dilakukan melalui membran sel secara difusi. Protozoa mempunyai organel ekskresi berupa vakuola berdenyut yang bekerja secara periodik untuk mengatur kadar air dalam sel. Sewaktu mengeluarkan air, sisa-sisa metabolisme ikut dikeluarkan.
B. Sistem Eksresi Coelenterata dan Porifera
Pada Porifera dan Coelenterata, pengeluaran sisa metabolisme berlangsung secara difusi, dari sel tubuh ke epidermis, lalu dari epidermis ke lingkungan hidupnya yang berair.
C. Sistem Ekskresi Cacing Pipih
Cacing pipih mempunyai organ nefridium yang disebut sebagai protonefridium. Protonefridium tersusun dari tabung dengan ujung membesar mengandung silia. Di dalam protonefridium terdapat sel api yang dilengkapi dengan silia.
Tiap sel api mempunyai beberapa flagela yang gerakannya seperti gerakan api lilin. Air dan beberapa zat sisa ditarik ke dalam sel api. Gerakan flagela juga berfungsi mengatur arus dan menggerakan air ke sel api pada sepanjang saluran ekskresi. Pada tempat tertentu, saluran bercabang menjadi pembuluh ekskresi yang terbuka sebagai lubang di permukaan tubuh (nefridiofora). Air dikeluarkan lewat lubang nefridiofora ini.


Sebagian besar sisa nitrogen tidak masuk dalam saluran ekskresi. Sisa nitrogen lewat dari sel ke sistem pencernaan dan diekskresikan lewat mulut. Beberapa zat sisa berdifusi secara langsung dari sel ke air.
D. Sistem Ekskresi Annelida dan Molluska
Anelida dan molluska mempunyai organ nefridium yang disebut metanefridium. Pada cacing tanah yang merupakan anggota anelida, setiap segmen dalam tubuhnya mengandung sepasang metanefridium, kecuali pada tiga segmen pertama dan terakhir.
Metanefridium memiliki dua lubang. Lubang yang pertama berupa corong, disebut nefrostom (di bagian anterior) dan terletak pada segmen yang lain. Nefrostom bersilia dan bermuara di rongga tubuh (pseudoselom). Rongga tubuh ini berfungsi sebagai sistem pencernaan. Corong (nefrostom) akan berlanjut pada saluran yang berliku-liku pada segmen berikutnya.

Bagian akhir dari saluran yang berliku-liku ini akan membesar seperti gelembung. Kemudian gelembung ini akan bermuara ke bagian luar tubuh melalui pori yang merupakan lubang (corong) yang kedua, disebut nefridiofor. Cairan tubuh ditarik ke corong nefrostom masuk ke nefridium oleh gerakan silia dan otot. Saat cairan tubuh mengalir lewat celah panjang nefridium, bahan-bahan yang berguna seperti air, molekul makanan, dan ion akan diambil oleh sel-sel tertentu dari tabung. Bahan-bahan ini lalu menembus sekitar kapiler dan disirkulasikan lagi. Sampah nitrogen dan sedikit air tersisa di nefridium dan kadang diekskresikan keluar.
Metanefridium berlaku seperti penyaring yang menggerakkan sampah dan mengembalikan substansi yang berguna ke sistem sirkulasi.
Cairan dalam rongga tubuh cacing tanah mengandung substansi dan zat sisa. Zat sisa ada dua bentuk, yaitu amonia dan zat lain yang kurang toksik, yaitu ureum. Oleh karena cacing tanah hidup di dalam tanah dalam lingkungan yang lembab, anelida mendifusikan sisa amonianya di dalam tanah tetapi ureum diekskresikan lewat sistem ekskresi.
E. Alat Ekskresi pada Belalang (Insecta)

Alat ekskresi pada belalang adalah pembuluh Malpighi, yaitu alat pengeluaran yang berfungsi seperti ginjal pada vertebrata. Pembuluh Malphigi berupa kumpulan benang halus yang berwarna putih kekuningan dan pangkalnya melekat pada pangkal dinding usus. Di samping pembuluh Malphigi, serangga juga memiliki sistem trakea untuk mengeluarkan zat sisa hasil oksidasi yang berupa CO2. Sistem trakea ini berfungsi seperti paru-paru pada vertebrata.
Belalang tidak dapat mengekskresikan amonia dan harus memelihara konsentrasi air di dalam tubuhnya. Amonia yang diproduksinya diubah menjadi bahan yang kurang toksik yang disebut asam urat. Asam urat berbentuk kristal yang tidak larut.

Pembuluh Malpighi terletak di antara usus tengah dan usus belakang. Darah mengalir lewat pembuluh Malpighi. Saat cairan bergerak lewat bagian proksimal pembuluh Malpighi, bahan yang mengandung nitrogen diendapkan sebagai asam urat, sedangkan air dan berbagai garam diserap kembali biasanya secara osmosis dan transpor aktif. Asam urat dan sisa air masuk ke usus halus, dan sisa air akan diserap lagi. Kristal asam urat dapat diekskresikan lewat anus bersama dengan feses.
2. Sistem Eksresi Pada Vertebrata
A. Sistem Ekskresi pada Ikan
- Alat Ekskresi pada Ikan yaitu :
• Ginjal
• Kulit
• Insang atau Paru-paru
- Ginjal
• Sepasang ginjal yang memanjang (opistonefros) dan bewarna kemerahan.
• Perlengkapan Saluran Ginjal
– Saluran urogenital; saluran ginjal (kemih) yang menyatu dangan saluran kelamin. Terletak di belakang anus.
– Kloaka; saluran yang merupakan muara tiga saluran, yakni saluran urine, kelamin, dan anus menyatu.
• Ginjal pada ikan yang hidup di air tawar dilengkapi sejumlah glomelurus yang jumlahnya lebih banyak. Sedangkan ikan yang hidup di air laut memiliki sedikit glomelurus sehingga penyaringan sisa hasil metabolisme berjalan lambat.
- Kulit
Kelenjar kulit ikan mengeluarkan lendir sehingga tubuhnya licin untuk memudahkan gerak di dalam air.
- Insang dan Paru-Paru
• Insang dan paru-paru digunakan ikan untuk melakukan pernapasan yang mengehasilkan CO2 dan H2O.

Proses Ekskresi pada Ikan
• Mekanisme Ekskresi pada ikan dipengaruhi oleh tempat hidupnya
• Tubuh ikan air tawar lebih hipertonis dari lingkungannya sehingga air banyak yang masuk lewat permukaan tubuhnya.
• Akibatnya ikan air tawar sedikit minum air.
• Urin yang dihasilkan banyak dan encer.
• Tubuh ikan laut lebih hipotonis dari air laut sehingga air banyak yang keluar dari tubuh.
• Akibatnya ikan laut banyak minum air laut untuk menutupi kehilangan air yang besar.
• Urin yang dihasilkan sedikit dan pekat.
B. Sistem Ekskresi pada Amphibia
Amphibia memiliki alat ekskresi berupa ginjal mesonefros. Pada katak jantan, saluran ginjal bersatu dengan saluran kelamin. Sebaliknya, pada katak betina saluran ginjal dan saluran kelamin terpisah. Ginjal Amphibia berhubungan dengan ureter di vesika urinaria.
Saat Amphibia mengalami metamorphosis, hasil ekskresi Amphibia juga berubah. Larva Amphibia mengekskresikan ammonia, sedangkan berudu dan hewan dewasa mengekskresikan urea.
C. Sistem Ekskresi Reptilia
ALAT EKSKRESI
• Sepasang ginjal metanefros: berfungsi setelah pronefros dan mesonefros yang merupakan alat ekskresi pada stadium embrional menghilang.
• Vesika Urinaria / kandung kemih: (tidak terdapat pada buaya sehingga asam urat keluar bersama feses)
• Kloaka: muara vesika urinaria
• Kelenjar Garam (terdapat pada penyu laut): Mengurangi kandungan garam

HASIL EKSKRESI
• Hasil ekskresi Reptilia adalah asam urat. Reptilia hanya menggunakan sedikit air untuk membilas sampah nitrogen dari darah karena sebagian besar sisa metabolisme diekskresikan sebagai asam urat yang tidak beracun.
• Asam urat yang dikeluarkan reptilia berupa pasta berwarna putih
• Sisa air direabsorbsi oleh bagian tabung ginjal.
• Pada buaya dan penyu air tawar mengekskresikan asam urat dan amonia.
• Pada penyu laut ekskresi garam dari sepanjang kelenjar garam di kepala yang bermuara di sudut mata.
Mekanisme Ekskresi
Reptilia hanya menggunakan sedikit air untuk membilas sampah nitrogen dari darah karena sebagian besar sisa metabolisme diekskresikan sebagai asam urat yang tidak beracun. Buaya dan penyu air tawar mengekskresikan asam urat dan ammonia. Pada penyu laut terjadi ekskresi garam dari sepasang kelenjar garam di kepala yang bermuara di sudut mata, sehingga penyu laut tampak seperti mengeluarkan air mata.
D. Sistem Ekskresi Aves
 Pada burung asam urat yang diekskresikan berbentuk padat bersama kotoran. Air dalam urine pada hewan-hewaan tersebut diabsorbsi oleh tubuh untuk penghematan. Meskipun cara hidup dan habitat mempunyai peran penting pada ekskresi sisa metabolisme yang mengandung nitrogen. Burung mengekskresikan asam urat dan garam. Kelebihan larutan garam akan mengalir ke rongga hidung dan keluar melalui nares (lubang hidung). Sedangkan hasil metabolisme berupa asam urat akan dikeluarkan dalam bentuk bahan setengah padat berwarna putih.


PARU-PARU
Hasil sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan air dalam bentuk uap air. prosesnya:
 Tekanan parsial karbon dioksida dalam sel lebih tinggi dari tekanan parsial dalam kapiler vena à karbon dioksida berdifusi à dibawa eritrosit ke paru-paru.
 Di paru-paru karbon dioksida difusi dari kapiler ke alveolus à karbon dioksida keluar melalui ekspirasi.
 Proses Pembentukan Urine:
 FiltrasiàUrine primer
Perpindahan cairan dari glomerulus menuju ke ruang kapsula bowman dengan menembus membran filtrasi.
 ReabsorpsiàUrine sekunder
Perpindahan cairan dari tubulus renalis menuju ke pembuluh darah (kapiler peritubuler).
 Augmentasi , Proses penambahan zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh ke dalam tubulus kontortus distal.
KULIT
 Burung hampir tidak memiliki kelenjar kulit, tetapi memiliki kelenjar minyak yang terdapat pada tunggingnya. Kelenjar minyak berguna untuk meminyaki bulu-bulunya.
Kulit berfungsi sebagai:
o Mengeluarkan keringat
o Melindungi bagian dalam tubuh dari gesekan, kuman, penyinaran, panas dan zat kimia
o Mengatur suhu tubuh
o Menerima rangsangan dari luar
o Mengurangi kehilangan air

Tidak ada komentar:

Posting Komentar